Petikan daripada FB Ustaz Hasnan Fan Club
Kisah Abu bin Hasyim sang ahli ibadah
Alkisah ada saorang ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yg kuat sekali tahajudnya. Hampir ber-tahun2 dia tidak pernah tinggal melakukan salat tahajud.
Pada suatu malam saat dia hendak mengambil wudhu untuk salat tahajud, Abu terperanjat oleh kehadiran sesosok makhluk yg duduk di bibir periginya.
Abu bertanya, “wahai hamba Allah, siapakah Engkau?”
Sambil tersenyum, sosok itu berkata, “aku Malaikat utusan Allah,”
Abu Bin Hazim hairan sekaligus bangga kerana kedatangan tamu Malaikat mulia itu.
Dia lalu bertanya, “apa yang mahu kamu lakukan di sini?”
Malaikat itu menjawab, “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah.”
Ia melihat Malaikat itu memegang kitab yang tebal, Abu lalu bertanya lagi, “wahai Malaikat, buku apakah yg kau bawa itu?”
Malaikat itu menjawab, “ini adalah kumpulan nama hamba2 pencinta Allah SWT.”
Mendengar jawaban Malaikat itu, Abu bin Hasyim berharap dalam hati, namanya pasti ada disitu.
Maka ditanyalah Malaikat itu lagi, “wahai Malaikat, adakah namaku tertulis disitu?”
Abu bin Hasyim yakin bahwa namanya patut tertulis di dalam buku itu, mengingati amalan ibadahnya yg tidak kenal lelah dan putusnya.
Ia selalu mengerjakan sholat tahajud setiap malam, berdo’a dan bermunajat kepada Allâh SWT di sepertiga malam.
“Baiklah, aku periksa,” kata Malaikat itu sambil membuka kitab besarnya.
Dan ternyata Malaikat itu tidak menemukan nama Abu bin Hasyim di dalamnya. Dengan tidak percaya, Abu bin Hasyim meminta Malaikat itu memeriksanya sekali lagi.
“Betul … namamu tidak ada di dalam buku ini,” kata Malaikat itu.
Abu bin Hasyim pun jadi gementar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat itu. Dia menangis se-jadi2nya.
“Rugi sekali diriku yg selalu tegak berdiri di setiap malam dalam tahajud dan bermunajat … tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Allah SWT,” ratapnya.
Melihat itu, Malaikat itu berkata, “wahai Abu bin Hasyim ! Bukan aku tidak tahu yang engkau bangun tahajud setiap malam ketika yg lain sedang tidur… mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku dilarang Allâh SWT drpd menulis namamu.”
“Apakah gerangan yg menjadi penyebabnya,” tanya Abu bin Hasyim.
“Engkau memang rajin bermunajat kpd Allâh SWT, tapi engkau tunjjukkan ibadah mu itu dgn rasa bangga ke-mana2 dan asyik beribadah memikirkan diri kamu sendiri. Dikanan dan kirimu ada orang yang sakit atau lapar, tidak engkau hiraukan, ziarah dan beri makan.
Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah SWT kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba2 yg diciptakan Allâh SWT?” kata Malaikat itu.
Abu bin Hasyim rasa saperti disambar petir di siang hari. Dia tersadar bahwa hubungan ibadah manusia itu tidaklah hanya kpd Allâh SWT semata-mata (hablumminAllâh), tetapi juga ke sesama manusia atau makhluk Allah SWT (hablumminannâs) dan sekelian alam.